SKENARIO
Opening
Gambar-gambar pembuka
Isi
Scene 1
Pada suatu hari, dua mahasiswi PWK sedang berbincang-bincang di depan kelas. Mereka membicarakan tentang rencana liburan mereka.
Tyas : "Nung, kita liburan lama nih. Enaknya ngapain ya?"
Inung : "Sumpe loe? Hmm… Gimana kalo kita pergi aja? Gue jenuh nih."
Tyas : "Hmm, boleh juga tuh. Enaknya kita ke mana?"
Inung : "Ke tempat wisata di Semarang aja. Kita kan dari luar Semarang getoo.”
Tyas :"Yup! Gimana kalo kita ke Kelenteng Sampokong. Gue pengen tau nih sejarahnya.”
Inung : "Oke. Gue juga, Yas. Minggu depan kita ke sana ya."
Scene 2
Seminggu kemudian Tyas dan Inung akhirnya pergi ke Kelenteng Sampokong. Sesampainya di sana mereka bertemu dengan seorang penjaga kelenteng bernama Cik Yen.
Cik Yen : "Good Morning…"
Inung &Tyas : "Good morniiiiiinng."
Cik Yen : "Ada yang bisa saya bantu?"
Inung : "Yeah. Gue pengen tau getoo sejarahnya Kelenteng Sampokong."
Cik Yen : "Ooh… Kalian mau tau? Ceritanya panjang. Mari duduk dulu.
Tyas : (Lalu mereka bertiga duduk di depan kelenteng)
Gimana Cik, ceritanya? Kenapa bisa dinamakan Kelenteng Sam Po Kong?”
Cik Yen : "Begini kisahnya…"
Scene 3
Pada abad ke 15 seorang Laksamana Cina bernama Laksamana Cheng Ho beserta wakilnya yaitu Wang King Kong dan beberapa anak buahnyamelakukan sebuah ekspedisi dan berlayar melewati pantai utara Jawa. Mereka akhirnya terpaksa mendarat di Semarang karena Wang King Kong sakit keras. Ketika mendarat, Wang King Kong mengeluh perutnya sangat sakit.
Wang : "Laksamana, lihat! Ada gua di sana." (Wang King Kong menunjuk ke suatu gua yang letaknya tak jauh dari mereka.
Cheng : "Wah. Iya. Bagaimana kalo kita beristirahat di sana selama beberapa hari sampai kamu sembuh?"
Wang : (Tiba-tiba terdengar suara aneh. Tuuuuuutt…) "Wah, Tuan, sepertinya saya tidak bisa tinggal di gua. Saya harus ke toilet. Apakah ada toilet di dekat sini? "
Cheng : "Waduh. Sebentar ya, Kong. Saya akan bertanya ke penduduk setempat."
Saat Cheng Ho akan berlari menuju rumah warga, tiba-tiba seorang wanita bernama Ken Mbledes lewat di hadapannya.
Cheng : "Selamat siang, Mbak."
Ken : (Ken Mbledes yang membawa banyak barang terkejut lalu terpeleset dan barangnya berhamburan di jalan.) "Emaaaaaaakk…"
Cheng : (Dengan sigap Cheng Ho menangkap Ken Mbledes.) "Hati-hati, mbak."
Ken : (Ken Mbledes pun terpana melihat sang Laksamana.)
"Eh, iya, Mas. Maaf maaf. Ada apa ya, Mas?"
Cheng : "Saya mau tanya, toilet di mana ya, mbak?"
Ken :"Ooh toilet... Belok kanan, belok kiri, ada bunderan masuuuuuukk…"
Cheng : "Di situ ada toilet, Mbak?"
Ken : "Ooh… Enggak, Mas. Di situ ada tukang ojek. Jadi tanya aja sama mereka. Soalnya saya nggak tau."
Cheng : "Mbak, anak buah saya sakit keras. Dia harus ke tolilet sekarang juga."
Ken : "Aduh, rempong deh bo'… Hmm, yaudah deh kalian istirahat aja di rumah saya. Nanti kalau adik saya pulang biar diobatin sama dia."
Cheng : "Alhamdulillah. Terimakasih, Mbak."
Cheng Ho bergegas pergi menghampiri Wang King Kong dan membawanya ke rumah Ken Mbledes.
Ken : "Eh, Mas, sebelum masuk rumah saya, kalian harus ganti baju dulu. Ini ada baju almarhum bapak saya. Kalau mau tinggal di desa ini, harus pakai baju orang desa. Biar membaur, Mas."
Wang : "Nanti saja ya, Mbak. Saya kebelet."
Ken : "Ooh tidak bisa. Harus ganti baju dulu."
Wang : "Ya sudahlah. Saya ganti baju dulu, Mbak."
Scene 5
Cheng Ho dan Wang King Kong mengganti baju mereka dengan baju yang diberikan Ken Mbledes. Walaupun sangat kekecilan, namun mereka tetap memakainya. Mereka sampai di rumah Ken Mbledes. Setelah ke toilet, Wang King Kong dan Cheng Ho beristirahat di teras. Tiba-tiba seorang tukang jamu bernama Julinem lewat di hadapan mereka.
Jul : "Jamuuu… Jamuuu…"
Cheng : "Mbak, Mbak… Beli jamu."
Jul : "Iya, Mas… Jamu apa mas? Galian singset aja ya biar Masnya jadi singset…"
Cheng : "Bukan buat saya, Mbak. Tapi buat temen saya, dia lagi sakit keras."
Jul : "Waduh sakit apa, Mas? Waduh waduh waduh…"
Lalu Julinem mencoba memeriksa Wang King Kong. Saat memeriksa Wang King Kong, tiba-tiba Ken Mbledes keluar dari dalam rumah.
Ken : "Wah, kebetulan. Mas, kenalin, ini Julinem adik saya. "
Wang : "Ooh. Tolong di periksa sekalian ya, Mbak. Saya sudah sakit keras dari kemarin."
Jul : "Owalah, ini tu sakit muntaber, Mas. Bukan sakit keras. Nih saya kasih jamu, pasti manjur."
Wang King Kong meminum jamu tersebut. Beberapa menit kemudian, dia merasa bugar kembali.
Wang : "Wah… Terimakasih ya, Mbak. Ini uangnya."
Jul : "Nggak, mas. Saya maunya dibayar pake cintanya Mas aja."
Wang : (Mendengar itu, Wang langsung memegangi perutnya) "Waduh. Maaf, Mbak saya mau buang air dulu."
Cheng : "Saya juga, Mbak."
Wang King Kong bergegas masuk ke dalam rumah. Disusul oleh Cheng Ho.
Jul : "Lho-lho mas, kok malah buang air to? Wah, ganteng-ganteng penyakitan."
Ken : "Huss. Kamu itu ganjen banget siiiiiihh… Tu kan gara-gara kamu dia sakit perut lagi."
Scene 6
Selama tiga hari tinggal di rumah Ken Mbledes, Wang King Kong dan Cheng Ho rajin membantu Ken Mbledes dan Julinem berjualan. Wang King Kong akhirnya sembuh dari sakitnya. Lalu suatu sore, dia dan Laksamana Cheng Ho berbincang-bincang di teras rumah Ken Mbledes.
Cheng : "Kong, gimana kalau besok pagi kita pulang ke Cina?"
Wang : "Saya sudah kerasan disini. Apalagi ada Julinem, mbak jamu yang baik hati itu."
Cheng : "Sebenarnya saya juga sudah kerasan di sini. Tapi saya harus melanjutkan perjalanan. Saya akan mengadakan acara perpisahan dengan warga desa setempat sebelum saya pergi berlayar."
Wang : "Baiklah kalau begitu. Saya akan tetap tinggal di sini."
Scene 7
Keesokan harinya Laksamana Cheng Ho mengadakan acara perpisahan dengan penduduk setempat. Ken Mbledes dan Julinem datang ke acara tersebut. Lalu Ken Mbledes menari bersama Laksamana Cheng Ho. Saat mereka menari, Wang King Kong tiba-tiba berteriak memanggil Laksamana Cheng Ho.
Wang : "Laksamana!"
Cheng : "Ada apa, Kong?"
Wang : "Becaknya sudah datang. Anda harus pulang sekarang."
Cheng : "Saya harus pulang sekarang." (Lalu Cheng Ho menaiki becak yang akan mengantarnya pulang.) "Selamat tinggal semuanya."
Ken Mbledes merasa sangat sedih hingga menangis tersedu-sedu.
Tiga hari kemudian akhirnya Wang King Kong menikah dengan Julinem dan mereka membuka usaha dagang sayur dan warung jamu. Mereka berdua langgeng sampai tua. Dan pada suatu hari Wang King Kong sakit keras, sampai akhirnya meninggal. Wang King Kong dimakamkan di area tersebut dan dikenal sebagai Ki Dampo Awang.
Warga berinisiatif membangun sebuah kelenteng untuk mengenang jasa Laksamana Cheng Ho dan Wang King Kong yang telah membantu memakmurkan warga setempat. Sampai sekarang kelenteng itu dikenal sebagai Kelengteng Sam Po Kong.
Scene 8
Cik Yen : "Begitulah kisah berdirinya kelenteng ini."
Inung : "Wah, menarik banget ya. Keren gilaaa…"
Tyas : "Hmm, kalo gitu aku bakal ngajak temen-temen ke sini."
Inung : "Wah… Bener tu. Gue juga mau ajak sodara-sodara gue. Buat bapak gue, ibu gue, adik gue, kakak gue, semuanya, harus ke sini karena di sini keren gilaa…"
Cik Yen : "Wah ikut seneng deh kalo kalian seneng."
Tyas : "Ya udah, kalo gitu kita mau liat-liat ke dalamya, Cik. Makasih banyak ya, Cik."
Cik Yen : "Sama-sama…"
Closing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar